Wednesday, November 19, 2014

Makalah 2 Pembahasan Tentang Komunikasi Lisan (hal 4) kelompok 3

(Hal 4 pembahasan) kelompok 3
di atas saling berinteraksi satu sama lainnya. Secara sederhana, situasi berbicara itu dapat kita ringkas seperti berikut.
1. Pembicara berkeinginan untuk menyampaikan suatu ide, informasi atau perasaan.
2. Pembicara menyandikan isi pembicaraannya atau pesan yang akan
disampaikannya melalui lambang verbal dan nonverbal.
3. Pesan dikirimkan melalui saluran kepada sasaran atau penyimak.
4. Penyimak menerima, menafsirkan, dan memahami pesan.
5. Penyimak menanggapi pesan itu; mengerti atau tidak, setuju atau tidak, dan suka atau tidak.
Mendengar berbeda dengan menyimak. Mendengar adalah kegiatan menangkap suara, dan hanya sebagai langkah awal dalam menyimak. Menyimak itu sendiri melibatkan pemaknaan dan pemahaman atas apa yang didengar. Ia adalah suatu proses yang aktif yang melibatkan konsentrasi pikiran. Menyimak itu sebenarnya bersifat abstrak, tak terlihat. Oleh karena itu, wajar apabila dikatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses komunikasi yang serius. Karena kegiatan itu bersifat internal, terjadi dalam diri seseorang. Hanya dia yang tahu pasti apakah dirinya benar-benar menyimak atau tidak. Guru sering tidak tahu apakah murid-murid kita benar-benar menyimak apa yang kita sampaikan atau tidak. Sementara itu, kalaupun mereka merespon dengan benar, hal itu tidak selalu menjadi jaminan bahwa tanggapannya itu benar-benar dari simakan yang mereka lakukan. Mungkin saja mereka menjawab pertanyaan kita dengan benar karena mereka telah tahu sebelumnya atau mungkin bertanya dan diberitahu oleh temannya. Kita baru tahu bahwa siswa menyimak atau tidak setelah kepada mereka diajukan sejumlah pertanyaan atau tugas yang dikerjakan berdasarkan apa yang kita sampaikan.
Oleh karena itu, dapatlah kita katakan bahwa menyimak merupakan suatu proses mental berupa pencerapan atau pemerolehan makna atau pesan yang disampaikan secara lisan.
Sebagai proses, kegiatan menyimak paling tidak terdiri atas 3 tahap.
1. Penyimak menerima rangsangan lisan yang disampaikan oleh pembicara. Pada tahap ini dengan menggunakan daya dengarnya penyimak menerima bunyi-bunyi bahasa yang disampaikan oleh pihak lain.
2. Penyimak memusatkan perhatiannya untuk memilih hal-hal yang dianggapnya penting, dan mengabaikan hal-hal yang tidak penting. Mengapa hal ini harus dilakukan? Begitu banyak ucapan yang disampaikan. Sementara itu, penyimak tidak mungkin hafal atau ingat seluruhnya. Tidak ada pilihan lain bagi penyimak, kecuali memfokuskan perhatiannya hanya kepada hal-hal penting saja. Kegiatan ini tidak mudah. Oleh karena itu, cobalah siswa Anda dilatih secara bertahap dan terus-menerus agar dapat melakukannya dengan baik. Salah satu hal yang dapat Anda lakukan adalah menuliskan ide-ide kunci di papan tulis ketika Anda menjelaskan sesuatu kepada siswa.
3. Penyimak menentukan dan memahami makna atau pesan yang disampaikan
pembicara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya (Wolvin
dan Coakley, 1985, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995:83).
Apakah penyimak selalu berhasil memahami apa yang dia simak? Kadangkadang berhasil, kadang-kadang tidak. Penyebab kekurangberhasilan itu sebenarnya dapat dilacak melalui satu atau lebih unsur yang terlibat dalam 
>> read more..

Makalah 1 Pembahasan Tentang Organisasi berdasarkan Tujuannya (hal 4) kelompok 3

(hal 4 pembahasan) kelompok 3
I.G.O ini atau “InterGovernmental Organization” ini, organisasi demikian ini didirikan dan dibina oleh pemerintah negara-negara di dunia ini. Akan tetapi istilah Internasional Organization selain dipergunakan di dalam “Inter-Governmental Organization” (IGO) istilah ini dipergunakan pula dalam organisasi yang bersifat “Non Governmental” yakni organisasi-organisasi yang didirikan dan dibina oleh pihak non-Governmental, dan organisasi demikian sering mempergunakan istilah “An Internasional Non-Governmental Organization atau I.N.G.O. An International Non-Governmental Organization “ atau I.N.G.O ini biasanya didirikan oleh badan swasta atau perorangan biasanya organisasi demikian ini merupakan organisasi federasi kadang-kadang merupakan organisasi affilisasi dan bahkan kadang-kadang merupakan organisasi-organisasi yang non-profit atau tidak mencari untung, mereka mengadakan organisasi untuk mencapai tujuan yang bersifat umum atau suatu “Common-goal” bagi umat manusia di dunia ini.
Timbulnya “International Governmental Organization” ini dapat juga bersifat regional, dapat juga bersifat International, juga IGO ini dapat juga bersifat umum dan juga kadang-kadang bersifat khusus. Begitu pula “International Non-Governmental Organization” ini dapat bersifat regional dan dapat pula bersifat international.
Biasayanya organisasi-organisasi International demikian bergeraknya melintasi batas-batas negara atau bergeraknya transnational. Akan tetapi tidak semuanya organisasi-organisasi yang bergeraknya transnational dapat diqualificeerd atau digolongkan di dalam International Organization yang dimaksudkan ini. Banyaknya sekali organisasi-organisasi yang di dalam geraknya untuk melindungi dan memperkembangkan kepentingan organisasinya itu bergerak secara transnational seperti misalnya organisasi agama, seperti “Roman katholik church” organisasi ini bukanlah International Organization seperti kita maksudkan itu, ada lagi contoh misalnya, di bidang politik, seperti “Komunisme” organisasi politik komunisme bukan “International Organization” yang kita maksudkan, ada juga organisasi sebagai usaha perorangan atau suatu badan hukum di bidang businees seperti adanya Bank-bank yang besar Oil Company dan lain-lain organisasi. Ini mempunyai gerak operasi yang scopenya International, artinya bergerak transnational, tetapi juga ini organisasi-organisasi businees demikian bukan “International Organization” seperti apa yang kita maksudkan itu.
Yang dimaksud dengan “The International Organization”  adalah timbulnya banyak sekali lembaga-lembaga atau institution-institution yang sangat rapi, apakah itu bersifat private association di mana lembaga-lembaga demikian itu akfi bergerak di luar batas negara (transnational), di mana secara obyektif pelaksanaan kehendak dari lembaga-lembaga itu langsung ataupun tidak 
>> read more..

Sunday, October 12, 2014

Organisasi Di lingkungan rumah

     
Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Latar belakang adanya suatu organisasi di lingkungan tempat tinggal adalah agar terjadinya dan adanya komunikasi antara warga yang satu dengan yang lain. Tetapi kenyataannya banyak masyarakat di lingkungan temoat tinggal tidak mengerti berorganisasi.
Padahal banyak sekali keuntungan yang mereka dapat dari organisasi. Organisasi dapat menimbulkan rasa saling menghargai, menghormati, tolong menolong antar sesama, dan kekeluargaan. Masyarakat juga bisa mendapatkan informasi yang berguna dan bisa juga menambah wawasan.
Oleh karena itu kita sebagai masyarakat yang hidup dalam lingkungan sosial, harus sadar akan pentingnya sebuah organisasi di lingkungan tempat tinggal. Karena organisasi memberikan banyak keuntungan dan supaya kita lebih mengenal lingkungan tempat tinggal kita.
CONTOH ORGANISASI DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
1. Rukun Tetangga (RT)
    tujuan dari pembentukan organisasi ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
    sekitarnya. Misalnya, pelayanan pembuatan KTP, atau urusan administrasi lainnya.

2. Rukun Warga (RW)
    RW merupakan gabungan dari beberapa RT. RW dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
    masyarakat  yang tinggal di wilayah RW tersebut. RW dipimpin oleh seorang ketua RW yang dipilih oleh
    ketua-ketua RT atau perwakilan dari warga RT yang tergabung dalam wilayah RW tersebut.

3. Desa/Kelurahan
    Desa/Kelurahan adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurdiksi. 
    Pengertian desa atau kelurahan berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yaitu
    Pemerintahan desa dipimpin oleh kepala desa yang di bantu oleh perangkat desa. Kepala desa dipilih
    langsung oleh masyarakat desa tersebut. Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa
    lainnya.
    Sedangkan kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang diangkat oleh bupati/walikota atas usul camat.  
    Dalam melaksanakan tugasnya lurah di bantu oleh perangkat kelurahan.

4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
    Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebuah lembaga yang dibentuk untuk membantu pengaturan
    dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Tugasnya membuat dan melaksanakan peraturan desa,
    menyusun anggaran pendapatan dan belanja desa, menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat.

5. Dewan Kelurahan
    Dewan Kelurahan merupakan organisasi yang dibentuk di tingkat kelurahan. Dewan Kelurahan
    merupakan mitra kerja kepala kelurahan. Tugas dewan kelurahan adalah memberikan masukan kepada
    kepala kelurahan, terutama yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat. Ketua dewan kelurahan diambil
    dari  tokoh masyarakat yang tinggal di wilayah kelurahan tersebut.

6. Karang Taruna
    Karang Taruna adalah organisasi para pemuda atau remaja yang ada di desa atau kelurahan. Karang taruna berfungsi sebagai wadah pembinaan para pemuda desa atau kelurahan tersebut. Tugas utamanya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan positif seperti kesenian, olahraga, bakti sosial. dll.

7. Yayasan
    Yayasan merupakan organisasi sosial yang didirikan masyarakat untuk kegiatan yang bersifat social misalnya panti anak yatim piatu, majelis taklim, dan yayasan pendidikan.

8. Posyandu
    Pos Layanan Terpadu (Posyandu) didirikan oleh masyarakat untuk memberikan layanan terpadu kepada
    warga masyarakatnya, khususnya kesehatan balita. Kegiatan di posyandu meliputi pemeriksaan kesehatan
    bayi, penimbangan bayi, pemberian makanan tambahan, dll.

9. BKB
    BKB yaitu bina keluarga balita yang didirikan oleh masyarakat atas petunjuk dari BKKBN. Tujuannya
    adalah untuk memberikan ilmu penanganan perkembangan kecerdasan balita sejak dini kepada ibu balita.
    Kegiatannya meliputi pemberian materi kepada ibu balita, praktek perkembangan kecerdasan balita, cara
    memakai permainan edukatif (APE), dll. Sasarannya terutama ibu-ibu yang mempunyai balita.


>> read more..

Pengalaman Berorganisasi

     Kali ini, saya akan menceritakan pengalaman – pengalaman saya dalam mengikuti sebuah Organisasi.
Pengalaman saya dalam berorganisasi tidak cukup banyak. Saya sudah berkecimpung dalam organisasi sejak SD.  Berikut ini adalah organisasi yang pernah saya ikuti:
1 . Pramuka
2. Osis SMP
3. Karang Taruna RT

     Sejak dari pendidikan tingkat sekolah dasar pun kita pasti telah menjumpai berbagai macam organisasi. Contoh yang pasti kalian semua mengetahuinya yaitu Pramuka. Dan Pramuka itu sendiri yang merupakan organisasi yang pernah saya ikuti  .Kegiatan-kegiatan yang saya lakukan saat itu ialah latihan baris-berbaris, membuat simpul tali, mempelajari sandi-sandi kode, dan masih banyak lagi. Kegiatan pramuka yanag paling saya suka adalah saat berkemah, saat itu saya mengikuti dua kali perkemahan, yang pertama yaitu perkemahan sabtu minggu atau yang lebih sering kita kenal dengan PERSAMI, dan yang kedua adalah perkemahan pelantikan penggalang baru. Saat berkemah banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan, saya sangat senang mengikuti seluruh rangkaian kegiatannya. Mulai dari latihan baris berbaris disore hari, lalu ibadah berjama’ah, membuat tenda bersama sama, memasak , menyalakan api unggun, dan bersenang senang. Saya sangat senang mengikuti kegiatan Pramuka saat itu, karna disitulah tempat  pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
       Sekarang saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman mengikuti OSIS SMP .Saya tergabung di OSIS SMPN 258 Jakarta sejak saya duduk di kelas VII SMP sampai kelas XII SMP. Pada kelas VII saya masih menjadi anggota di OSIS SMPN 258. Kemudian di kelas VII saya dicalonkan sebagai wakil Ketua OSIS SMPN 258 Jakata Timur. Di saat itu saya belum diberikan kesempatan sebagai Wakil Ketua dan saya di tempatkan di Divisi Humas.Kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan antara lain: 258 Basketball Competion se- Rayon Jakarta Timur. Panitia Masa Orientasi Siswa Baru , Latihan Dasar dan Kepemimpinan Siswa di tahun .serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu .Hal hal yang selalu teringat adalah saat dipaksa untuk menjadi EO yang bagus pada suatu event sekolah . saat sibuk megurusi segala hal pada saat event sekolah berlangsung . menjadi kakak kakak yang membimbing siswa baru pada saat MOS .

     Lalu saat mengikuti Karang Taruna RT dan itu masih saya lakukan sampai sekarang .Organisasi karang taruna ini berjalan apabila ada event” tertentu saja seperti acara hari kemerdekaan 17 agustus,bakti social bantuan bencana,saur on the road Dll. Pengalaman saya dalam acara memperingati HUT RI 17 agustus sangat menarik untuk ditulis, yang pertama harus dijalankan adalah rapat pertama memilih anggota-anggota dan selanjutnya setiap anggota mengeluarkan ide” perlombaan yang akan dilombakan diacara itu lalu semua pendapat disaring kemudian ditentukan buged yang akan dikeluarkan. Kemudian membuat suatu surat untuk disebarkan kesemua warga agar mendapatkan dana untuk mengadakan acara ini,didalam rapat tersebut banyak sekali ilmu” yang diterima dari ketegasan,kecermatan. Banyak sekali manfaat yang saya peroleh dari mengikuti organisasi ini. Selain menambah pengetahuan dan tentunya menambah teman,  hal ini menabah kepercayaan diri saya agar bisa menjalin hubungan dengan banyak orang yang tentunya akan sanagat berguna untuk menunjang karier saya kelak. Sepertinya saya sudah cukup banyak berkata-kata untuk menumpahkan pengalaman saya dalam hal berorganisasi  Sekian dulu cerita saya tenang organisasi yang pernah saya ikuti, semoga bisa bermanfaat

 Tags:


>> read more..

Saturday, July 5, 2014

Cita cita dan Harapan untuk Indonesia


Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi dan kelebihan yang tidak dimiliki negara lain. Indonesia memiliki potensi seperti memilki pulau yang begitu banyak yang sehingga disebut negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai kedua terbesar di dunia, Indonesia memiliki pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia (PT. Freeport), cadangan gas alam terbesar di dunia, mempunyai hutan tropis terbesar di dunia, lautan terluas di dunia, dan lainnya. Begitu banyak potensi negeri ini yang seharusnya jika dikelola dengan baik dan bijaksana maka Indonesia dapat menjadi negara terhebat di dunia.
     Namun sayangnya Indonesia sekarang ini masih belum dapat memaksimalkan semua potensi yang ada. Beberapa penyebabnya adalah seperti karena adanya korupsi , kurangnya sumber daya manusia dari Indonesia yang profesional dalam mengelola SDA, dan belum sadarnya masyarakat Indonesia terhadap potensi Indonesia  yang mungkin saja suatu saat akan hilang dan hanya akan menjadi sejarah saja.
 Memudarnya nasionalisme, sebagai akibat masalah internal dan juga dampak dari pihak eksternal atau global tidak dapat dipungkiri. Nasionalisme adalah hal yang sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk dapat mencapai cita – cita bangsa. Nasionalisme dapat dimulai sejak dini melalui pengenalan, pemahaman dan penerapan berbagai aspek seperti sosial dan budaya.
Pemupukan rasa cinta sejak dini merupakan salah satu cara menanamkan nasionalisme melalui pengajaran dalam bidang budaya seperti permainan tradisional. Anak – anak akan meningkatkan pengetahuan mereka mengenai budaya mereka dengan cara yang menyenangkan. Alangkah baiknya dalam bidang pendidikan dari pihak sekolah pun turut membuat ekstrakulikuler yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme para penerus bangsa.
Karena itu saya sangat berharap Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan dapat memanfaatkan segala potensi dengan maksimal dan bijaksana. Yaitu dengan masyarakat yang berkualitas dalam intelektual dan moral sehingga tidak ada yang korupsi dan peduli terhadap lingkungan. Dengan masyarakat yang sadar betapa pentingnya mengelola potensi yang ada  di Indonesia ini jika semua bertekad satu untuk memajukan Indonesia maka tidak ada yang tidak mungkin. Secara perlahan tapi pasti Indonesia akan dapat benar – benar menjunjung kebenaran yang akan menghilangkan korupsi dan segala oknum yang tidak bertanggung jawab dalam merusak Indonesia sehingga tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti cita – cita Indonesia yang tertera dalam pembukaan UUD 1945. Sehingga harapan untuk membuat Indonesia menjadi negara yang maju ini dapat terwujud.

>> read more..

Saturday, May 31, 2014

Perubahan budaya di Indonesia

Perubahan kebudayaan merupakan suatu fenomena yang abadi dalamkehidupan di dunia ini. Perubahan kebudayaan adalah adanya ketidak sesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehinggaterjadilah keadaan yang tidak sesuai dengan fungsinya bagi kehidupan.Apalagi manusia makhluk hidup lainnya. Tidak ada yang bisamempertahankan hidup selamanya. Segala sesuatu yang ada di dunia ini akanmengalami kerusakan dan hanya ada satu yang abadi yakni Tuhan YME.Yang menyebabkan perubahan kebudayaan

Latar belakang
Pertama-tama perlu saya kemukakan bahwa masih banyak di antara masyarakat awam kita yang mengartikan “kebudayaan” sebagai “kesenian”, meskipun sebenarnya kita semua memahami bahwa kesenian hanyalah sebagian dari kebudayaan. Hal ini tentulah karena kesenian memiliki bobot besar dalam kebudayaan, kesenian sarat dengan kandungan nilai-nilai budaya, bahkan menjadi wujud dan ekspresi yang menonjol dari nilai-nilai budaya.
Dan di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, melalui cara cara tertentu membuat Dampak Positif dan Dampak Negatif nya sendiri Bagi Bangsa Indonesia. Terutama dalam Bidang Kebudayaan. Karena semakin terkikisnya nilai – nilai Budaya kita oleh pengaruh budaya Asing yang masuk ke Negara kita.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengem­bangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”. Pakem-pakem seni (lokal dan nasional) perlu tetap dilanggengkan, karena berakar dalam budaya masyarakat. Melalui dekomposisi dan rekonstruksi, rekoreografi, renovasi, revitalisasi, refung­sionalisasi, disertai improvisasi dengan aneka hiasan, sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni. Di sinilah awal dari kesenian menjadi kekayaan budaya dan “modal sosial-kultural” masyarakat.
Pembahasan masalah
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanantradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya.
1. Kekuatan
  • Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
  • Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
  • Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2. Kelemahan
  • Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas dari budaya tersebut.
  • Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
  • Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
3. Peluang
  • Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata Internasioanal.
  • Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya bangsa yang kokoh.
  • Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
  • Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
4. Tantangan
  • Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga ikt berubah
  • Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.
  • Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang di tengah perkembangan zaman.


Peran mahasiswa dalam kebudayaan
Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Jalur Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.

Kesimpulan
Dari Penulisan Makalah ini saya dapat menyimpulkan Bahwa Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan Masyarakat kita sebagai bangsa indonesia yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. Padahal sesungguhnya Budaya Lokal yang kita miliki ini dapat menjadikan kita lebih bernilai dibandingkan bangsa lain karena betapa berharganya nilai – nilai budaya lokal yang ada di negara ini. Untuk itu seharusnya kita bisa lebih tanggap dan peduli lagi terhadap semua kebudayaan yang ada di indonesia ini. Selain itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain. Karena kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya itu dan tidak pula dimiliki oleh bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

sumber :
http://4m133rr.wordpress.com/2013/06/01/makalah-tentang-perubahan-kebudayaan-karena-pengaruh-dari-luar/
http://sunariver.blogspot.com/2012/03/perubahan-budaya.html

>> read more..

Monday, May 19, 2014

Konflik Antar Suku/Bangsa

KONFLIK ANTAR SUKU DI INDONESIA
Peperangan antar suku akhir-akhir ini menjadi bahan pekerjaan pemerintah untuk menetralisir kekisruhan yang sering terjadi khususnya peperangan antar suku. Konflik tersebut terjadi karena saking beragam nya suku-suku di Indonesia dan berawal dari banyaknya suku-suku yang ada tersebut konflik-konflik pembeda atau masalah budaya yang berbeda dan variatif mulai bermunculan.
Konflik sering terjadi di kalangan masyarakat karena manusia makhluk sosial dan memiliki beragam pemikiran dan cara masing-masing untuk bersosialisasi. Konflik tersebut biasanya hal sepele tapi berhubung menyangkut RAS atau budaya maka rasa simpati antar sesame budaya yang membuat peperangan tersebut menjadi bukan hal yang sepele lagi. Kita ambil contoh “Peperangan antar suku Madura dan suku dayak”.
Berawal dari masalah sepele yang mungkin bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan bisa tuntas dengan cepat tapi malah sebaliknya persoalan demi persoalan terus dijadikan kambing hitam untuk memancing adanya peperangan antar suku tersebut. Mungkin budaya tersebut menjadi pemacu terjadinya peperangan tersebut.
Pertentangan antara warga asli Lampung dengan warga Bali di Lampung merupakan salah satu contoh konflik yang baru saja terjadi. Konflik ini terjadi karena kesalahpahaman antara dua kubu tersebut. Akibat dari konflik itu, banyak korban yang berjatuhan, rumah-rumah yang hancur, serta perpecahan dalam masyarakat. Faktor lain terjadinya konflik adalah primordialisme, yaitu menganggap kelompoknya lebih tinggi dari kelompok lain. Primordialisme ini sangat berpengaruh apabila terjadi di Indonesia, karena mengingat Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku. Selanjutnya adalah adanya kesenjangan ekonomi, missal kasus Sampit. Masyarakat asli tidak menerima adanya perbedaan ekonomi dengan masyarakat pendatang sehingga memunculkan konflik yang tidak berujung.
Selain dua faktor di atas, adanya kesalahpahaman juga mempengaruhi terjadinya konflik, adanya perbedaan keyakinan (agama) juga bisa menyebabkan konflik antar masyarakat, serta adanya masalah politik seperti pada kerusuhan Mei tahun 1998.
Konflik sering terjadi di Indonesia,  seperti  konflik antar etnis Lampung vs Bali, masyarakat vs anggota TNI/Polri, konflik karena agama di Poso, dan yang terbaru ialah konflik antar masyarakat dengan Polri di daerah Sumatra Utara. Pelanggaran HAM sudah pasti banyak saat terjadi konflik. Seperti pelanggaran hak hidup dan hak berpendapat.
Tidak jarang para pelanggar HAM adalah mereka yang seharusnya ikut menjaga keutuhan hidup bermasyarakat, yaitu para anggota TNI/Polri yang dengan gampang bisa menembakkan peluru mereka ke arah orang-orang yang berkonflik dengan sembarangan. Kasus hukum bagi pelanggar HAM saat konflik masih terbelit-belit,bahkan ada yang belum diketahui identitas pelakunya sampai saat ini seperti pada kasus kerusuhan Mei ’98 tentang penembakan mahasiswa oleh anggota Polri.
Dalam hal ini pemerintah tentu bertanggungjawab atas terjadinya konflik, apalagi jika sudah yang menyangkut pelanggaran HAM. Karena setiap manusia memilik hak masing-masing dan apabila ada yang menghalangi untuk mecapai hak tersebut maka pemerintah harus bertindak. Namun seluruh masyarakat juga memiliki tanggungjawab yang sama agar konflik tidak terjadi lagi di Indonesia, karena dengan begitu makan pelanggaran HAM juga akan semakin sedikit.

Hal tersebut sebenarnya sudah diatur oleh undang-undang sebagai berikut :


1.                       Pasal 27 ayat 1 berisikan “Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
1.                       Pasal 28D ayat 1 berisikan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”

Cara mencegah terjadinya konflik, antara lain dengan saling menghormati antar masyarakat, apabila hal ini terwujud maka setiap orang akan memiliki perasaan yang sama, bahagia karena dihormati sehingga memunculkan rasa menghormati oranglain. Selanjutnya dengan menjaga kerukunan masyarakat, walaupun mungkin hal ini sulit mengingat masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku yang memiliki ciri watak berbeda-beda namun akan menjadi mudah apabila sudah terbentuk suatu sikap untuk saling menjaga dan mempertahankan kerukunan baik antar umat beragama, antar etnis, serta antar suku bangsa yang kuat dari dalam diri masyarakat.
Serta dengan berpikir sebelum bertindak, ini penting karena pasti ada akibat dari sebab. Setiap apa yang kita lakukan pasti menimbulkan suatu akibat, apalagi akibat dari konflik yang negatif, yaitu korban berjatuhan, hilangnya harta, maka harus selalu memikirkan matang-matang setiap rencana.
saya pikir, warga Negara yang baik adalah warga Negara yang melandaskan hidupnya akan aturan yang dijalankan dengan baik dan menaruh yang sangat BURUK bagi para penerus nantinya ditengah maraknya budaya asing yang sedang menjadi pembahasan kaum muda, harusnya Indonesia lebih mengkokohkan pondasi budaya yang diwariskan, agar supaya para generasi mendatang akan lebih kuat menahan arus tersebut.ghargainya.olehkarena itu masalah perang kebudayaan, dan masalah masalah lain, ini menjadi contoh bahwa tingkat kesadaran hukum masyarakat dan tingkat sosial masyarakat yang sekarang terjadi smakin BURUK dan hal tersebut menjadikan DISINTEGRASI
sumber:

>> read more..

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis, Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia.

Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama terhadap agama lain sangat penting.

Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian.

Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.

B. Kendala-Kendala
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.

Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik. 

2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya.

Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.

3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.

Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun berkepanjangan.

C. Solusi
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan dari “sejarah politik” (political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence) di antara para pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu, juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat disebut sebagai “non-agama.”

Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.

2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.

Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama, seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan antarpenganutnya.

Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.

Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama.

Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.

1. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.


sumber :
Dr. Ali Masrur, M.Ag.,2004,Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel. cfm
Koran bali post cetak 29/12/2003.
Abdurrahim, Muhammad, imanuddin, kuliah tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan)
http://cippad.usc.edu/ai/themes/cfm/culture_b
>> read more..

Tuesday, March 25, 2014

ILMU BUDAYA DASAR



MANUSIA,KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN

1.            Makna Keragaman
                Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras,agama dan keyakinan, ideology, adaat kesopanan, serta situasi ekonomi

2.            Makna Kesederajatan
                Kesederajatan disini adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki

UNSUR-UNSUR KERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA

1.            Suku Bangsa dan Ras
                Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia sangat beragam . Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokkan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahirlah yang sama seperti rambut ,warna kulit, ukuran-ukuran tubuh,mata,ukuran kepala,dan sebagainya

2.            Agama dan Keyakinan
                Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui Indonesia .
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat Antara lain:
1.       Berfungsi Edukatif
2.       Berfungsi Penyelamat
3.       Berfungsi sebagai perdamaian
4.       Berfungsi sebagai social control
5.       Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6.       Berfungsi Transformatif
7.       Berfungsi Kreatif
8.       Berfungsi Sublimatif

3.            Ideologi dan Politik
                Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan Antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental . Keragaman masyarakat Indonesia dalam ideologi danpolitik dapat dilihat dari banyaknya partai politil sejak berakhirnya orde lama .

4.            Tata Krama
                Tata krama pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan terdiri dari aturan-aturan yang kalau dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi social yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan .

5.            Kesenjangan Ekonomi
                Secara umum , Masyarakat kita berada di golongan tingkat  ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi .

6.            Kesenjangan Sosial
                Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, dan strata social yang hierarkis. Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan social yang tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat.

PENGARUH KERAGAMAN TERHADAP KEHIDUPAN BERAGAMA,BERMASYARAKAT,BERNEGARA,DAN KEHIDUPAN GLOBAL

Masalah suku bangsa dan kesatuan-kesatuan nasional di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu Negara yang multietnik memerlukan suatu kebudayaan nasional dan solidiratas nasional di Antara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut kesadaran dan identitas sebagai suatu bangsa telah dirancang saat bangsa kita belum merdeka.Di kehidupan sehari hari, kebudayaan suku bangsa dan kebudaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan kita . Berbagai kebudayaan itu beriringan ,sambil melengkapi dan fleksibel dalam kehidupan sehari-hari .Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesamoingkan ,besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti :
1.                   Disharmonisasi,
adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman Antara manusia dengan lingkungannya
2.                   Diskriminatif
terhadap etnis tertentu akam memunculkan kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa dan bernegara
3.                   EKsklusivisme. Rasialis, bersumber dari supeioritas diri,
alasannya dapat bermacam-macam , Antara lain; keyakinannya bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain .

Keterbukaan, kedewasaan sikap , pemikiran global, yang bersifat inklusif, serta kesadaran
Kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi
terwujudnya sebuah bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika

PROBLEMATIKA DISKRIMINASI

                Diskriminasi adalah setipa tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau
Sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas
social-ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideology dan
politik. Dalam Demokras8m, diskriminasi seharusnya telah ditiadakan dengan adanya kesetaraan
dalam bidang hokum, kesederajatan dalam perlakuan adalah salah satu wujud ideal dalam
kehidupan Negara yang demokratis .

                Pada dasarnya Diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya beberapa
factor penyebab Antara lain adalah:
1.       Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi
2.       Tekanan dan Intimidasi biasana dilakukan oleh kelompok yang dominan terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah
3.       Ketidakberdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan membuat mereka terus terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.
Problematika lainya yang timbul dan harus diwaspadai adalah adanya disintegrasi bangsa.
Ada 6 faktor utama secara gradual bisa menjadi penyebab proses itu , yaitu :
1.       Kegagalan kepemimpinan
2.       Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3.       Krisis Politik
4.       Krisis Sosial
Manusia Beradab dalam Keragaman
                Hubungan Antara kebudayaan dengan peradaban sangat erat . Peradaban adalah salah satu perwujudan kebudayaan yamg bernilai tinggi , indah, dan harmonis yang mencerminkan tigkat kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, adab, sopan santun, budi pekerti, budi Bahasa, seni, dan sebagainya .
                Dalam hal ini maka terdapat teori yang menunjukkan penyebab konflik di tengah masyarakat Antara lain :
1.       Teori hubungan masyarakat ,
 memiliki pandangan bahwa konflik yang sering muncul di tengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercataan dan permusuhan di Antara kelompok yang berbeda, perbedaan bisa dilatarbelakangi SARA bahkan pilihan ideology politiknya .
2.       Teori identitas
 yang melihat bahwa konflik yang mengeras di masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselasaikan .
3.       Teori kesalahpahaman Antara budaya,
teori ini melihat konflik disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi diantara budaya yang berbeda
4.       Teori transformasi
yang memfokuskan pada penyebabterjadi konflik adalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah social-budaya dan ekonomi
Faktor-faktor Terjadinya Perubahan Sosial-Budaya
                Faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan social ada dua macam, yaitu yang berasal dari luar masyarakar dan dari dalam itu sendiri.

Faktor yang berasal dari Luar Masyarakat
1.       Akulturasi .
suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut melebur dan menyatu ke dalam kebudayaan sendiri, tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian.
2.       Difusi.
 Ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, sedikit demi sedikit, hal ini berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia dari satu tempat ke tempat lain.
3.       Penetrasi.
 Ialah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan bangsa yang didatangi penetrasi tersebut, dinamakan penetration violent .
4.       Invasi.
 Yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan setempat dengan peperangan bangsa asing terhadap bangsa lain .
5.       Asimilasi.
Ialah kebalikan dari penetrasi , proses penyesuaian seseorang atau kelompok orang asing terhadap kebudayaan setempat.
6.       Hibridisasi.
 Adalah perubahan kebudayaan ang desebabkan oleh perkawinan campuran Antara orang asing dengan penduduk setempat .
7.       Milenarisasi
Merupakan salah satu bentuk gerakan kebangkitan, yang berusaha mengangkat golongan masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan social yang rendah dan memiliki ideology subcultural yang baru .
Perubahan yang Terjadi karena pengaruh dari dalam
1.       Sistem pendidikan yang maju.
·         Inovasi
·         Discovery
·         Invention
·         Enkulturasi
2.       Menhargai hasil karya orang lain
3.       Adanya keterbukaan di dalam masyarakat
4.       Adanya toleransu terhadap perbuatan perbuatan ang menyimpang
5.       Penduduk yang heterogen

DAFTAR PUSTAKA :
Ilmu Sosial & Budaya Dasar "Edisi Kedua" 
2006, Bandung
Penerbit: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
>> read more..